http://www.clocklink.com BETA ANAK ROTE: April 2008

Jumat, 18 April 2008

TUGAS SEMESTER V (LIMA)


Nama : Oktovianus Adu
Nim : 0061/1495/07
Tugas : Sejarah Gereja Asia
Oktober 2009
=====================
MISI KATOLIK ROMA

SISTEM PADROADO DAN FRANSISKUS XAVERIUS
Ordo dominikan dan ordo fransiskan menjadi perintis penginjilan di wilayah kerajaan-kerajaan yang luas sekali. Tahun 1540 bulla paus “ regimini militantes” meresmikan pendirian serikat Yesus (Yesuit). Ordo misionaris tersebut yang sangat berdisiplin membaktikan hidupnya pekabaran iman Katolik ke seluruh dunia. Fransiskus xaverius lahir pada tahun 1506 didaerah pegunungan baskis, spanyol utara. Ia di utus pada tahun 1541 sebagai tangapan terhadap permohonan raja Yohanes III, Portugal. Ia berangkat sebagai wakil raja (menurut sistim padroado) dan diangkat menjadi wakil diplomatik dari paus (Nuncio) Xaverius hanya melayani sebagai perintis dan akan diteruskan oleh orang lain. Metode dalam penginjilannya yang membuat ia berhasil ialah kasih sayangnya terhadap penduduk setempat, ia selalu membela penduduk setempat kalau ditindas oleh orang portugis.
Xaverius tiba di Goa pada bulan Mei 1542 dan melayani para nelayan di desa-desa, disetiap kampung, Xaverius mengumpulkan anak-anak kemudian mengajarkan mereka pernyataan iman katolik (Doa Bapa Kami, Pengakuan Rasuli, Kesepuluh Hukum, dan Ave Maria). Anak-anak ini menghafalkannya kemudian ditugaskan mengajar orang tua mereka. Diperkirakan selama 10 (sepuluh) tahun pelayanannya, Xaverius membaptis 700.000 (tujuh ratus ribu) orang.
Pada tahun 1542 perguruan tinggi Yesuit didirikan di Portugal dengan tujuan mempersiapkan tenaga misionaris. Pada tahun 1546 sepuluh orang Yesuit berlayar ke India. Pada akhir abad ke-16 seluruh kasta di Parava telah dikumpulkan orang Yesuit mendiami daerah 16 kampung, yang masing-masing mempunyai gereja dan sekolah yang diatur menurut hokum gereja. Pada akhir abad ke-16 seluruh penduduk di sekitar Goa sudah masuk Kristen, termasuk orang-orang campuran (portugis-India).
Pada tahun 1549 Xaverius pergi ke Malaka, pusat perdagangan rempah-rempah, yang dikuasai oleh orang Portugis sejak tahun 1511, ia tinggal Malaka sambil belajar bahasa Melayu, lalu berkunjung ke pulau-pulau Maluku termasuk Ambon, ternate, dan Halmahera.
Di Malaka Xaverius bertemu dengan seorang Jepang bernama Yajira yang mengungsi dari Jepang karena membunuh orang. Kepadanya Xaverius bertanya tentang keadaan di Jepang dan keterbukaan penduduk Jepang terhadap Injil.
Pada tahun 1549 Xaverius pergi ke Jepang, saat itu baru Jepang terbuka terhadap orang Asing, keadaan politik sangat kacau. Kaisar disembah dan dihormati karena dianggap sebagai keturunan matahari dan mempunyai kuasa ilahi, pada hal dalam kenyataannya yang berkuasa memerintah bukan kaisar melainkan perdana mentri sebagai wakil kaisar (Shogun), pemerintah pusat lemah, gubernur propinsi (Daimyo) sangat berkuasa di daerah.
Xaverius bersama Yajira tiba di Kagoshima, ibukota propinsi Satsuma pada bulan Agustus 1549 mereka disambut baik oleh Daimyo setempat. Xavverius diberi izin berkhotbah dan ia sangat berhasil. Dalam satu tahun orang yang beralih agama menjadi Kristen berjumlah seratus orang.

PERKEMBANGAN GEREJA KATOLIK DI JEPANG
Agama asli Jepang adalah agama Syinto, memuja objek-objek alam, termasuk manusia yang dianggap memiliki kuasa supra-alami atau rohani, yang disebut kuasa “kami”. Agama Budha masuk ke jepang abad ke-4 dan berkembang diantara golongan bangsawan, sehingga kuil-kuil budha menjadi kaya dan memperoleh pengaruh besar di dunia politik.
Perkembangan Gereja Katolik di Jepang dapat berkembang baik jumlah maupun pengaruhnya, akan tetapi periode perkembangan disusul oleh periode penghambatan yang tak kalah dahsyatnya. Para utusan Katolik datang ke Jepang dari India, sumber agama Budha, karenanya mereka menganggap memiliki kuasa ilmu sihir. Anggapan ini meluas karena para pekabar Injil mengajarkan bahwa Tuhan Allah Mahakuasa, berkuasa menyembuhkan orang sakit dan mengusir setan-setan.
Ordo Yesuit mendekati pemimpin-pemimpin terkemuka, banyak daimyo melindungi misi karena mereka mau berdagang dengan bangsa Portugis. Motivasi politis juga membuat beberapa daimyo terbuka, daimyo yang sangat kuat adalah Odo Nabunaga (1534-1582), penguasa daerah Jepang Tengah yang melindungi orang Kristen untuk mengimbangi kuasa Budha militan.
Utusan Yesuit mengajarkan iman Katolik tiga kali sehari selama tiga minggu lalu orang yang baru percaya itu dibaptis. Ajaran yang diberikan dibagi dalam tiga bagian: pertama menyatakan bahwa Allah adalah pencipta dunia, jiwa manusia. Kedua sejarah suci dimulai dari penciptaan dunia sampai penghakiman akhir zaman. Ketiga mengajarkan ciri-ciri kehidupan orang Kristen (kesepuluh hukum dan sakramen-sakramen).

KEBERHASILAN MISI DI JEPANG
Tahun 1580 dilaporkan ada 150.000 orang Kristen (Katolik) di Jepang dengan 200 gereja, 85 Imam Yesuit (berkebangsaan Portugis), 28 Bruder awam (yang belum ditahbiskan menjadi imam) berbangsa Jepang dan 100 guru katekisasi (dojuku) berbangsa Jepang.
Tahun 1563, Omwa Sumitada, damyo pertama yang dibaptis.
Tahun 1571, 5000 orang dibaptis.
Tahun 1577, jumlah orang Kristen mencapai 6000 orang.

TANTANGAN MISI DI JEPANG.
Surat Balthazar Gago yang di tulis pada tahun 1552 melaporkan bahwa roh-roh jahat telah diusir dalam nama Yesus dengan memakai air suci. Dampak negative, pada kemudian hari pekabar Injil dituduh menjadi sumber gagalnya panen ataupun malapetaka yang lain.
Melihat adanya perkembangan gereja dan berpengaruh di golongan tinggi maka para daimyo semakin curiga terhadap orang Kristen.
Tahun 1597 terjadi penyaliban terhadap 26 orang Kristen, 6 orang Spanyol dan 20 orang jepang, 3 diantara 20 orang tersebut adalah anggota serikat Yesus.
Gereja dihancurkan dan pekabar Injil disuruh meninggalkan Jepang.
Tahun 1604, dikeluarkanlah edik yang menuduh orang Kristen mau mengubah pemerintahan serta merebut kekuasaan Negara. Semua pekaba pekabar Injil diusir dengan kekerasan dan gedung-gedung gereja dihancurkan.
Tokoh-tokoh Kristen Jepang yang terkemuka dibuang pemerintah ke Cina dan Filipina.
Tahun 1616 orang Kristen Jepang disuruh menyangkal imannya.
Tahun 1619, 55 orang termasuk anak-anak dibakar hidup-hidup di kota Kyoto
Antara tahun 1614 dan 1643 hampir 5000 orang Kristen mati syahid, antara kurang dari 70 adalah orang Eropa.
Di pantai Yedo 70 orang Katolik disalibkan dalam keadaan terbalik, dengan harapan sewaktu air pasang naik mereka mati tenggelam.
Orang Kristen disuruh menginjak-injak tanda salib atau gambar-ganbar Katolik.

CINA
Sudah dua kali agama Kristen masuk Cina dan berhasil berkembang untuk sementara waktu, namun tidak sampai berakar. Kong Hu Cu berpengaruh besar di Cina, baik di bidang politik maupun kebudayaan, agama Budha dan Taoisme kuat diantara masyarakat umum. Sejak jatuhnya dinasti Monggol tahun 1370 Cina tertutup terhadap segala pengaruh asing. Fransiskus xaverius bercita-cita mengabarkan Injil di Cina tetapi ia meninggal dalam perjalanan sehingga ia tidak sampai ke Cina.
Bangsa Cina menganggap peradaban Cina sebagai peradaban yang tertinggi di dunia sehingga mereka sulit untuk menerima ajaran dari luar, yang dianggap lebih rendah. Filsafat Kong Hu Cu yang bersifat sangat konservatif, menghargai adat-istiadat yang diwarisi sejak nenek-moyang. Pada tahun 1583 dua orang Yesuit “Michael Runggerius dan Matteo Ricci” diberi izin menetap di daerah Kanton.
Metode yang dipakai Matteo Ricci adalah mempergunakan keahliannya membuat jam sebagai cara menarik perhatian golongan masyarakat tinggi. Ia belajar Hukum, Matematika dan astronomi di Roma, dan belajar Teologi di Goa. Ia melukis peta dunia dengan Cina sebagai pusatnya guna menjelaskan di mana Negara-negara Eropa dan Amerika, ia juga menyesuaikan diri dengan kebudayaan Cina, mempelajari Kong Hu Cu dan kesastraan Cina, menulis karangan-karangan mengenai Iman Kristen maupun Ilmu pengetahuan Eropa, mencari istilah-istilah bahasa asli Cina untuk menjelaskan konsep Kristen misalnya Shang-ti (Tuhan tertinggi) T’ien (langit).

KEBERHASILAN MISI DI CINA.
Tahun 1601, Ricci diberi izin masuk ibukota Beijing.
Beberapa orang cendikiawan menjadi Kristen Hsu Kuang-ch’I dibaptis dengan nama Paul Hsu.
Tahun 1644 ada 255.000 orang Kristen di Cina.
Tahun 1705, ada 300.000 orang Kristen yang terpencar di propinsi Cina.

TANTANGAN MISI DI CINA
Tahun 1723-1736, kaisar Yung Cheng memerintahkan agar semua pekabar Injil di usir ke Macao, kecuali yang dibutuhkan oleh pemerintah.
Kaisar mengusir utusan gereja Katolik Roma yang tidak mengikuti kebijakan Ricci.
Gereja diambil ahli dan orang Kristen disuruh menyangkal imannya.
Tahun 1784, dua orang uskup ditangkap bersama dengan enam belas orang Imam Eropa, enam diantaranya meninggal dalam penjara.
Adanya persaingan dan pertikaian antara ordo-ordo.
Tahun 1759, semua orang Yesuit diusir dari seluruh wilayah jajahan portugis.
Tahun 1773, serikat Yesus dibubarkan oleh Paus Clement XIV.
Kurang lebih 3000 orang pekabar Injil diusir dari tempat pelayanan.

INDIA
Abad ke-16 Gereja Katolik Roma sudah kuat di Goa, dan berkembang di daerah pantai India, wilayah jajahan Portugis. Misionaris Katolik juga berhubungan dengan Gereja Thomas di Malabar (India Selatan)
Gereja Katolik Roma berusaha menginjili bangsa Monhul. Kaisar Akhbar mengajak serikat Yesus yang berpusat di Goa mengutus pekabar Injil untuk mengajarkan iman Katolik di istana, 3 rombongan misi di utus ke sana, yakni pada tahun 1576, 1590, 1594. Kaisar Akhbar member izin kepada rakyatnya untuk memeluk agama Kristen, dan sebuah gereja dibangun di Lahore.
Pada tahun 1605 Roberto De Nobili (1577-1656) tiba di Madurai, India Selatan, pusat kebudayaan bangsa tamil. Naboli adalah bagsawan Italia dan masuk Ordo serikat Yesus pada tahun 1597. Ia melihat dua masalah utama yang merupakan rintangan berat bagi usaha mengabarkan Injil di India.
Orang India menganggap hina kehidupan kasar pelaut-pelaut Portugis.
Para pekabar Injil menolak sistim kasta, yang berurat-berakar dalam kebudayaan India.
De Noboli mendekati orang-orang terkemuka dengan menyesuaikan diri sejauh mungkin dengan kebudayaan setempat. ia menjauhkan diri dari rekan-rekan berkebangsaan Portugis dan memilih bertempat tinggal di bagian kota yang didiami orang Brahmana. De Nobili mengenakan juba kuning seperti orang Hindu yang saleh, dengan ikat pinggang yang dipakai oleh kasta-kasta tinggi, ditamba tanda salib.
De Nobili belajar bahasa Tamil dan bahasa Telugu, serta kesastraan Sanskrit. Ia mengarang banyak tulisan dalam bahasa Sanskrit, dan sering berdiskusi dengan orang India berpendidikan tinggi. Ia berusaha membuktikan bahwa kekristenan berlaku untuk semua orang di seluruh dunia.
Metode-metode De Nobili menimbulkan pertikaian. Pekabar Injil ordo-ordo lainnya menuduhnya mengabaikan kesatuan dalam Tuhan Yesus (Gal.3:28) yang mematahkan segala perbedaan bangsa dan kasta. Paus mendukung baik metode De Nobili maupun ordo-ordo lainnya. Pada tahun 1645 dilaporkan bahwa hanya 26 orang Brahmana yang tetap setia kepada iman Kristen.

KEBERHASILAN MISI DI INDIA.
Antara tahun 1607 dan 1620 kurang lebih 178 orang berkasta tinggi dibaptis, termasuk anak-anak.
Laporan tahunan Serikat Yesus pada tahun 1643 melaporkan bahwa dalam waktu 37 tahun 600 orang dari kasta-kasta tinggi telah dibaptis.
Abad ke-7 kasta-kasta di Madurai mengalami suatu gerakan pertobatan massal, sehingga pada tahun 1703 kurang lebih 200.000 orang telah beralih agama menjadi Kristen.
Tahun 1800 jumlah anggota gereja Roma Katolik di India diperkirakan sejuta orang.

TANTANGAN MISI DI INDIA.
Perselisihan dan persaingan dan bubarnya Serikat Yesus pada tahun 1770, merupakan faktor-faktor yang merintangi perkembangan misi.
Pada akhir abad ke-8 Revolusi perancis dan keadaan peperangan di Eropa memutuskan dukungan misi dari gereja Katolik Roma di Eropa.
Umat Katolik di daerah-daerah India yang di luar penjajahan Portugal mengalami penderitaan yang hebat pada masa peperangan. Negeri-negeri Maratha (Hindu) di India tengah memberontak melawan kekaisaran Mongol, kemudian negeri-negeri Islam di India Selatan juga memberontak.

KESIMPULAN.
Di Jepang, Cina dan India misi Yesuit menghadapi agama-agama asli yang kuat, mereka berusaha memenagkan orang-orang terkemuka, pemimpin masyarakat dengan metode menyesuaikan imannya dengan kebudayaan Asia. Ordo-ordo lain menuduh serikat Yesus terlalu sinkretis.
Di Jepang gereja cepat berkembang sebagai hasil pertobatan beberapa daimyo, lalu masa penganiayaan dahsyat hamper melenyapkan gereja. Di Cina Ricci dan pengganti-penggantinya disenangi di istana, tetapi akhirnya gereja dilemahkan oleh kontroversi mengenai upacara istiadat Cina, dan penentang kaum Budha. Di India De Nobili berhasil menginjili beberapa orang Brahmin, tetapi gereja dilemahkan oleh kontroversi mengenai upacara istiadat Malabar. Dalam setiap pertikaian, keputusan terakhir gereja Katolik Roma menolak bahaya sinkretisme atau kompromis dengan agama-agama lain.